Jangan tolak jodohmu Ya Ukhti

Brebes, 18 Rabiul Awal 1432H (21 Februari 2011)

Buat akhwat yang ragu dalam menentukan pilihan...

Suatu kali, entah kenapa, tak ada pangkalnya, tiba tiba saja, cerita ini bermula dari terdamparnya seorang wanita di sebuah pulau kecil dan terpencil ditengah-tengah lautan. Sang wanita merasa gundah akan kesendiriannya disana. Tidak hanya gundah, tapi juga cemas dan takut selalu menghantuinya. Sebenarnya bukan karena ketakutan terhadap adanya musuh layaknya binatang buas seperti di film film, atau karena adanya jin gentayangan yang mengganggunya,tapi ketakutan, kecemasan dan kegundahan wanita ini berkenaan dengan pengharapan besar akan adanya seseorang yang akan menyelamatkannya dari kesendiriannya di pulau kecil dan terpencil tersebut.

Hampir tiap malam ia munajat kepada Allah agar disegerakan hadirnya seseorang dalam hidupnya yang akan menyelamatkannya dari pulau kecil dan terpencil itu. Dalam munajatnya ia menangis terisak-isak dengan penuh harap akan dikabulkan dan penuh takut akan tertolakkan.

Suatu hari seperinya secara kebetulan..
Seorang nelayan dengan kapal pompong singgah dan menemukan wanita itu. Sang nelayan bersedia untuk membawanya pergi dari kesendirian di pulau kecil dan terpencil itu. Namun sang wanita masih merasa ragu akan niat baik sang nelayan. Ia merasa belum kenal baik orang baru yang menemukannya itu, dalam hati sang wanita “saya butuh waktu untuk mengenal kepribadianmu, apakah kamu orang baik baik atau tidak”. Kemudian sang nelayan pergi meninggalkan wanita tersebut dalam keadaan wanita tersebut masih ragu-ragu terhadapnya. Malam-malam berikutnya sang wanita tidak henti-hentinya bermunajat kepada Allah dengan isi munajat yang sama, dengan perasaan harap dan takut yang sama.

Suatu hari sepertinya secara kebetulan...
Datang seorang penerjun payung dan mendarat terjun kepulau tersebut dan menemukan wanita itu. Sang penerjun payung bersedia membawa wanita tersebut pergi dari kesendiriannya di pulau kecil dan terpencil itu. Namun sekali lagi sang wanita merasa ragu untuk menerima kebaikan sang penerjun payung tersebut. Keraguan yang sama sebagaimana ketika datangnya nelayan kepadanya. Sang penerjun kemudian meninggalkan wanita tersebut dalam keadaan wanita tersebut masih ragu-ragu terhadapnya.

Waktu terus berlalu dengan cepat.., sang wanita tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah agar adanya seseorang yang akan menyelamatkannya dari kesendirian di pulau kecil dan terpecil tersebut. Seiring itu pula sudah ada beberapa orang yang sepertinya datang secara kebetulan untuk menyelamatkan sang wanita. Namun sang wanita masih selalu saja merasa ragu-ragu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak wanita-wanita yang baik agamanya yang belum berhasil menemukan jodohnya. Tidak jarang kita perhatikan wanita-wanita sholehah yang sudah berumur sekitaran umur 27-33 tahun masih dalam kesendirian. Padahal secara fisik wanita wanita tersebut tergolong cantik menengah keatas. Ia merasa jodoh untuk dirinya belum juga tiba. Walaupun ia sudah bersungguh-sungguh bermunajat kepada Allah, namun ia merasa Allah belum kabulkan permintaannya, ia merasa jodohnya masih Allah rahasiakan dari dirinya. Ketika kita tanyakan apa yang menjadi standar ia memilih calon pendamping, maka jawaban yang sangat umum akan dilontarkannya, yakni “yang penting ia beragama dan berakhlak yang baik”.

Artikel ini mencoba mengangkat sisi berbeda dari apa yang dirasakan oleh para wanita sholehah yang masih sendirian. Perasaan wanita yang merasa jodohnya belum juga hadir itu tidak 100% benar. Ucapan wanita-wanita yang masih sendiri yang berkata : “Belum ketemu jodoh” , atau “Allah belum kabulkan doaku”, atau “Allah masih rahasiakan jodohku” tidak 100 % benar. Karena sangat bisa jadi pada dasarnya Allah telah ketemukan ia dengan jodoh untuknya, Allah sudah kabulkan doanya, Allah sudah tunjukkan jodoh untuknya. Namun yang terjadi adalah ia tolak jodoh yang Allah berikan untuknya, ia ragu tentang jodohnya sendiri, ia bimbang menerima pemberian Allah untuknya.
Dengan kalimat tegas ku katakan bahwa “wanita-wanita sholehah itu ragu akan doanya sendiri”. Ia berdoa namun ia ragu akan doanya, ia meminta kepada Allah dengan pengharapan dan rasa takut yang besar, namun ketika Allah kabulkan doanya justru ia merasa bahwa yang datang kepadanya bukan dari wujud doanya. Layaknya wanita yang terdampar dipulau kecil dan terpencil dalam cerita diatas, sebenarnya doanya sudah beberapa kali dikabulkan Allah. Ketika ia berdoa agar Allah mendatangkan “seseorang” yang akan menyelamatkannya, maka Allah kirimkan seorang nelayan untuknya, kemudian ia ragu dan tolak nelayan tersebut. Kemudian ia berdoa lagi dan Allah kirimkan penerjun payung, kemudian ia ragu dan menolak sang penerjun payung.

Sebenarnya, kalau wanita-wanita tersebut benar-benar berprinsip “yang penting baik agamanya dan baik akhlaknya”, maka ku sangat yakin standar tersebut banyak yang memilikinya dan mudah didapat. Permasalahannya adalah ia tidak komitmen terhadap apa yang ia standarkan untuknya. Secara tegas ku katakan wanita-wanita tersebut tidak mengetahui apa yang sebenarnya ia inginkan. Ia hanya berhayal akan seseorang yang akan menjadi jodohnya, namun ia tidak bisa menunjukkan wujud konkrit atau asli seseorang yang ia inginkan. Ia tidak mempunyai gambaran asli dari kalimat abstrak “yang penting baik agamanya dan baik akhlaknya” tersebut. Layaknya wanita yang terdampar di pulau kecil dan terpencil dalam tamsilan diatas, ia tidak mempunyai gambaran seperti apa “seseorang yang akan menyelamatkan” nya. Ketika ia berdoa dengan kalimat “seseorang”, maka Allah kirimkan sesosok nelayan, kemudian ia tolak sang nelayan. Kemudian ia berdoa lagi dan Allah kirimkan penerjun payung, dan ia tolak sang penerjun payung. Bukankah nelayan dan penerjun payung merupakan wujud nyata dari kalimat “seseorang” ??. Mustahil Allah mengirimkan “seseorang” tanpa wujud nyata, dan ini yang kurang disadari sang wanita tersebut.

Yang anda butuhkan itu adalah hakikat sebuah cinta…
Cinta atau mahabbah atau kasih sayang adalah sesuatu yang fitrah. Cinta sifatnya fluktuatif (bisa kadarnya bertambah, bisa berkurang, bisa hilang). Cinta itu penting, menjaga cinta itu jauh lebih penting. Cinta itu bisa diusahakan. Banyak perkawinan yang diawali dengan cinta, namun karena tidak mampu mempertahankannya sehingga putus ditengah jalan. Ada juga perkawinan yang tidak didasari cinta, namun karena mampu menanam benih dan menjaganya, maka cinta diantara keduanya tumbuh dan semakin bersemi. ini mirip penggalan sebuah bait lagu :

"aku bisa membuat mu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta..."

Cinta datangnya dengan pengorbanan. Cinta berbanding lurus dengan pengorbanan. Semakin banyak kita berkorban terhadap sesuatu, semakin tumbuh besar rasa cinta itu. Orang-orang yang bersungguh-sungguh terhadap agamanya, maka ia rela mati untuk agamanya, orang yang tidak ada pengorbanan terhadap agamanya, maka ia akan takut mati untuk agamanya. Cinta harus diikat dengan ketaatan kepada Allah. Tidak ada kata cinta untuk melakukan sesuatu yang melanggar syariat Allah. Mencintai sesuatu karena Allah, Membenci sesuatu juga harus karena Allah.

Sebagai simpulan, sebenarnya permasalahan dikebanyakan wanita-wanita sholehah yang sudah berumur dan masih bersendirian itu bukan terletak pada tidak adanya yang menginginkannya, juga bukan karena doanya yang tidak dikabulkan, bukan juga Allah masih rahasiakan jodohnya. Permasalahan sesungguhnya berada pada diri wanita itu sendiri. Ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang ia inginkan. Ia tidak berani mengambil keputusan dari tiap “seseorang” yang Allah hadirkan untuknya.
Ketika anda telah menyerahkan sepenuhnya jodohmu kepada Allah, kenapa kemudian anda tolak jodoh tersebut ??

Ya ukhti.. Tanyakan dalam lubuk hati yang paling dalam “Sebenarnya apa yang anda inginkan?”

Wahai bunga.. begitu banyak Allah giring kumbang untukmu, sebagaimana doa yang kamu panjatkan, namun kamu tolak semuanya.. apakah kamu menunggu sampai tidak adanya kumbang lagi yang menghampirimu karena mulai layunya dirimu ??

muhammad supendi

(yang masih belajar tentang arti cinta)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

aku ga paham tuhhh...peace...???

Anonim mengatakan...

Terima kasih pencerahannya...semoga Allah selalu meridhoi perjalananmu gan.Amin...