Mengapa Ada Doa Minta Panjang Umur?

Kematian manusia memang rahasia Allah. Datang tanpa bisa ditolak sesaatpun oleh siapapun dan oleh apapun, termasuk oleh doa. Ini adalah perkara yang wajib diimani sepenuhnya oleh seorang muslim. Firman Allah:

”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.”(QS. Al-A’raf: 34).

Doa memang tidak bisa menolak kematian karena hal itu sudah menjadi ketetapan Allah semenjak kita berada dalam rahim ibu. Nabi saw. Bersabda:

“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian menjadi ‘alaqah kemudian menjadi janin, lalu Allah mengutus malaikat dan diperintahkannya dengan empat kata dan dikatakan padanya: ‘Tulislah amalnya, rizkinya dan ajalnya’.” (HR Bukhari)

Meski demikian, berdoa adalah sebuah amal yang dianjurkan. Allah amat senang mendengarkan doa hamba-hambaNya. Ia menyiapkan berbagai balasan bagi orang yang berdoa. Sabda Nabi saw.:

“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa yang bukan terdapat di dalamnya dosa dan memutuskan silaturim melainkan Allah memberi padanya satu dari tiga perkara; segera dipenuhinya doa tersebut, atau disimpannya sebagai pahala di akhirat, atau dihindarkanNya dari kecelakaan atau kejelekan yang sebanding.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana jika kami perbanyak?” Rasulullah saw. menjawab, “Allah akan memperbanyak lagi.” (HR Ahmad, Abu Ya’la dan Hakim).

Nah, artinya, memohon dipanjangkan umur tetaplah sebuah doa yang baik, karena kita memang tidak tahu kapan hidup kita akan berakhir. Dan kita memohon agar dengan panjangnya umur kita dibarengi dengan bertambahnya segala kebaikan kita. Sebagaimana Nabi saw. mengajarkan kita sebuah doa antara pilihan hidup dan mati: “Janganlah seseorang itu menginginkan mati karena bala’ yang menimpanya, tetapi kalau ia terpaksa menginginkan mati, hendaknya ia membaca; ‘Ya Allah lanjutkanlah hidupku sekiranya hidup itu baik untukku, dan segera wafatkan daku sekiranya kematian itu lebih baik bagiku’,” (HR Bukhari, Muslim)

Untukmu Wahai Ukhti

AssalamualaikumwarrahmatuLLAhiwabarakatuh..
smg sahabat selalu dlm Rahmat, Ridho, dan ampunannya.. amiien.
saya dpt kiriman sebuah catatan tentang wanita.., dan ingin saya share.. semoga bermanfaat ya.. bagi kita semua.. khususnya bagi Muslimah...., selamat menyimak...

Wahai Saudariku…Wanita…
Sungguh engkau makhluk mulia yang mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di dalam Islam dan pengaruh yang begitu besar di dalam kehidupan setiap Muslim. Maka sungguh kubuat tulisan ini untukmu…karena rasa sayangku padamu…

Wahai Saudariku…Wanita…
Sudahkah engkau faham akan semua ini? Lihatlah rambutmu, para lelaki melihatnya. Mereka terpesona dan timbullah penyakit dalam hati mereka. Lihatlah paha dan betismu, para lelaki memandangnya. Mereka terpana dan langsung dijawab oleh farji-nya. Lihatlah lengkung pinggulmu, para lelaki menyukainya. Mereka enggan melepas pandangan mereka padanya, kecuali setelah nafsunya puas. Perhatikan dadamu, betapa para lelaki menikmati memperhatikannya. Ukhti, perhatikanlah ayat Allah: “Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka” [Q.S. Al-Ahzab : 59]

Wahai Saudariku…Wanita…
Apakah engkau telah menutupi rambutmu itu, paha dan betismu itu, lengkung pinggulmu itu? Alhamdulillah.. Tapi… wajahmu itu, Saudariku . Engkau tidak menjaga wajahmu. Engkau mengobral wajahmu. Engkau tidak menundukkan wajahmu. Engkau membiarkan setiap lelaki menikmati wajahmu itu. Wajahmu itu, di tengah balutan jilbab yang anggun, sungguh berbekas di hati-hati para pria. Sekali memandang, sulit dilupakan. Wajahmu nan cerah itu, membuat niat jadi tak ikhlas lagi. Wajahmu nan manis itu, membuat khayalan-khayalan nista di benak kaum adam. Wajahmu nan molek itu, membuatkanmu terekam selalu di memori, selalu teringat, sampai-sampai tak ingat kepada Al Khaliq.

Wahai Saudariku…Wanita...
Sulit bagi para lelaki mengamalkan hadits Nabi “Wahai Ali! Janganlah engkau mengikuti satu pandangan dengan pandangan lain karena engkau hanyalah memiliki yang pertama dan tidak untuk yang selanjutnya.” (HR. Al Haakim dalam Al Mustadrak) Sedangkan engkau tak menjaga wajahmu. Engkau tak menundukkan wajahmu. Kaum lelaki pun menjadi tak puas hanya pandangan pertama, bahkan mereka mengikuti nafsunya untuk memandang lagi, lagi, dan lagi. Padahal Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zina kedua mata adalah memandang, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah bicara, zina tangan adalah memegang, dan zina kaki adalah melangkah.” (Muttafaq ‘alaih dengan lafazh Muslim)

Wahai Saudariku…Wanita…
Bagaimana mungkin para lelaki dapat menjaga pandangan mereka terhadapmu, sedangkan engkau menampakkan wajahmu di mana-mana. Di TV, engkau jadi pemain sinetron, engkau jadi pembawa berita, engkau jadi pembawa acara. Di kampus, engkau berorasi di hadapan para lelaki, engkau turun ke jalan raya beramai-ramai, engkau lewati kerumunan laki-laki. Engkau duduk ditengah kerumunan laki-laki, engkau duduk di forum bersama laki-laki, engkau bercanda-ria dan tertawa bersama mereka. Maka bagaimana para lelaki dapat denjaga pandangan darimu? Padahal jelas perintah Allah: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” [Q.S. An-Nur: 30]

Wahai Saudariku…Wanita..
Mengapa engkau sering meremehkan hal ini? Apakah engkau merasa tegar dan kuat? Apakah engkau merasa sudah cukup beriman dan bertaqwa? Apakah engkau merasa sudah cukup shalihah? Sehingga engkau merasa bisa tegar menghadapi fitnah syahwat diantara manusia? SUBHANALLH!!
Perhatikanlah Fudhail bin Iyadh rahimahullah, seorang ‘alim, seorang shalih, ahli ilmu dan ibadah, 40 tahun tak pernah ia telat untuk mendapat shaf pertama dalam shalat, namun ia mengatakan “Sungguh yang yang paling aku takutkan adalah fitnah wanita”. Sungguh beliau sangat memahami sabda Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidaklah aku meninggalkan fitnah setelahku yang lebih berbahaya bagi kaum pria melebihi kaum wanita” (Muttafaqun ‘alaih)

Wahai Saudariku…Wanita…
Tidakkah cukup wajahmu manismu hanya untuk saudari-saudarimu sesama muslimah, yang tidak akan timbul fitnah diantara mereka karenanya. Tidakkah cukup wajahmu manismu hanya untuk suamimu tercinta saja? Suami yang telah Allah ‘Azza Wa Jalla halalkan bagimu untuk memilikimu seutuhnya. Yang ia lebih berhak atas kecantikan dan keindahan tubuhmu. Yang ia pun tak akan rela lelaki lain menikmati memandangi wajah istrinya. Cukupkanlah ia untuk orang-orang yang Allah ‘Azza Wa Jalla perbolehkan atasnya.

Wahai Saudariku…Wanita…
Berhijablah, tundukkanlah, sembunyilah dibalik tabir, malulah. Jangan berikan kerelaan atas sepasang mata lelaki yang memandang wajahmu. Jangan biarkan semakin mengganasnya penyakit hati mereka. Janganlah engkau menjadi salah satu dari golongan wanita penyebab fitnah diantara kaum pria. JANGAN , SAUDARIKU! jagalah wajahmu. “Yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka (para lelaki)” [Q.S. Al-ahzab : 53]

Cinta & Waktu

Alkisah disuatu pulau kecil, tinggalah berbagai macam benda2 abstrak; ada jodoh, kesedihann, kekayaan, kegembiraan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dg baik.

Namun suatu ketika, datanglah badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba2 naik dan Rata Penuhakan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. jodoh sangat kebingungan sebab ia tdk bs berenang dan tdk mempunyai perahu.
Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan. Sementara itu air lautpun mulai naik membasahi kaki jodoh.

Taklama kemudian, jodoh melihat kekayaana sedang mendayung perahu. "kekayaan..kekayaan tolong aku!" teriak jodoh. "Aduh! maaf jodoh"! kata kekayaan. "perahuku penuh dg harta bendaku.
Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahuku tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku".

Lalu kekayaan cepat2 pergi mendayung perahunya. Jodoh sedih sekali, namun kemudian dilihatnya kegembiraan lewat dg perahunya. "kegembiraan...tolong aku!", teriak jodoh. Namun kegembiraan terlalu gembira krn ia bs selamat sehingga ia tdk mendengar teriakan jodoh.

Air makin tinggi membasahi jodoh sampai kepinggang dan jodohpun semakin panik. Tak lama kemudian lewatlahlah kecantikan. "Kecantikan..bawalah aku bersamamu!", teriak jodoh. "Wah jodoh km basah dan kotor, aku tk bs membawamu. Nanti kamu mengotori perahuku yg indah ini" sahut kecantikan.

Jodoh merasa sedih kali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah Kesedihan. “Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu”, kata Jodoh. “Maaf, Jodoh. Aku sedang sedih dan aku ingin sendiri saja…” kata Kesedihan sambil terus mendayung perahunya. Jodoh putus asa. Ia merasakan air makin naik dan menenggelamkannya. Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, “Jodoh! Mari cepat naik ke perahunku!” Jodoh menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya. Cepat-cepat Jodoh naik perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Jodoh dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Jodoh sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Jodoh segera menanyakan kepada seorang penduduk dipulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu” kata orang itu. “Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Jodoh heran. “sebab”, kata orang itu, “engkau telah berusaha sedemikian rupa, dan hanya Waktu lah yang akan menjawab siapa dan dimana Jodoh itu berada…”

Judul asli : cinta dan waktu
Submited by: StevenWidya@yahoo.co.uk

Bersahabatlah karena Allah

Apabila kau ingin berteman

Janganlah kerana kelebihannya

Kerana mungkin dengan satu kelemahan

Kau mungkin akan menjauhinya


Andai kau ingin berteman

Janganlah kerana kebaikannya

Kerana mungkin dengan satu keburukan

Kau akan membencinya


Andai kau ingin sahabat yang satu

Janganlah kerana ilmunya

Kerana apabila dia buntu

Kau mungkin akan memfitnahnya


Andai kau ingin seorang teman

Janganlah kerana sifat cerianya

Kerana andai dia tidak pandai menceriakan

Kau mungkin akan menyalahkannya


Andai kau ingin bersahabat

Terimalah dia seadanya

Kerana dia seorang sahabat

Yang hanya manusia biasa


Janganlah diharapkan sempurna

Kerana kau juga tidak sempurna

Tiada yang biasa-biasa

Menjadi satu yang sempurna


Tapi bersahabatlah karena Allah

Bersahabatlah karena aqidah Islam

Bersabatlah karena kita saudara Fillah

Yang sama-sama dinaungi Islam

Insya Allah…

Iblis tidak akan pernah rela

Masih ingat dengan seorang sahabat Nabi yang tak dapat melihat? Yang karenanya Allah lalu menegur Nabi dan menurunkan surat "A'basa"? Ia adalah Abdullah bin Ummi Maktum Radiallahuanhu. Seorang sosok sahabat yang senantiasa tawadlhu dalam menunaikan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Suatu ketika sahabat Nabi ini menghampiri baginda Rasulullah Saw. Ia hendak meminta izin, untuk tidak mengikuti jama'ah shubuh, karena tak ada yang menuntunnya menuju masjid. Setelah mendengar alasannya, baginda Rasulpun bertanya: "Apakah engkau mendengar adzan?", Abdullah lantas menjawab: "Tentu baginda", "Kalau begitu tidak ada keringanan untukmu", tandas Rasul.

Layaknya hamba Allah yang senantiasa istiqomah dalam menjalankan perintahNya. Abdullahpun sam'an wa tho'atan atas apa yang diperintahkan Rasulullah Saw. Dengan mantap ia berazam untuk mendirikan jama'ah shubuh di masjid,sekalipun dirinya harus meraba-raba dengan tongkat untuk menuju sumber azan.

Keesokan harinya, tatkala fajar menjelang dan azan mulai berkumandang, Abdullah bin Ummi Maktumpun bergegas memenuhi panggilan Ilahi. Tak lama ketika ia mengayunkan kakinya beberapa langkah, tiba-tiba ia tersandung sebuah batu, badannya lalu tersungkur jatuh, dan sebagian ongkahan batu itu tepat mengenai wajahnya, dengan seketika darahpun mengalir dari mukanya yang mulia.

Dengan cepat Abdullah kembali bangkit, sembari mengusap darah yang membasahi wajahnya, iapun dengan mantap akan kembali melanjutkan perjalanan menuju masjid. Selang beberapa saat, datang seorang sosok lelaki tak dikenal menghampirinya, kemudian lelaki itu bertanya: "A'mmu (paman) hendak pergi kemana?". "Saya ingin memenuhi panggilan Ilahi" jawab Abdullah tenang. Lalu laki-laki asing itu menawarkan jasanya, "Saya akan antarkan a'mmu ke masjid, lalu nanti kembali pulang ke rumah". Lelaki itupun segera menuntun Abdullah menuju rumah Allah, dan kemudian mengantarkannya kembali pulang.

Hal ini ternyata tidak hanya sekali dilakukan lelaki asing itu, tiap hari ia selalu menuntun Abdullah ke masjid dan kemudian mengantarkannya kembali ke rumah. Tentu saja Abdullah bin Ummi Maktum sangat gembira, karena ada orang yang dengan baik hati mengantarnya salat berjama'ah, bahkan tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Hingga tibalah suatu saat, ia ingin tahu siapa nama lelaki yang selalu mengantarnya. Ia lalu menanyakan nama lelaki budiman itu. Namun spontan lelaki asing itu menjawab: "Apa yang paman inginkan dari namaku?", "Saya ingin berdo'a kepada Allah, atas kebajikan yang selama ini engkau lakukan", jawab Abdullah. "Tidak usah" tegas lelaki itu. "Paman tidak perlu berdoa untuk meringankan penderitaanku, dan jangan sekali-kali paman menanyai namaku" tegasnya. Abdullah terhentak dan terkejut atas jawaban lelaki itu, Iapun kemudian bersumpah atas nama Allah, meminta lelaki itu untuk tidak menemuinya lagi, sampai ia tahu betul siapa dan mengapa ia terus memandunya menuju masjid dan tidak mengharapkan balasan apapun.

Mendengar sumpah Abdullah, laki-laki itu kemudian berpikir panjang, ia kemudian berkata: "Baiklah akan aku katakan siapa diriku sebenarnya. "Aku adalah Iblis" jawabnya. Abdullah tersentak tak percaya, "Bagaimana mungkin engkau menuntunku ke masjid, sedangkan dirimu menghalangi manusia untuk mengerjakan salat?" Iblis itu kemudian menjawab: "Engkau masih ingat ketika dulu hendak melaksanak salat shubuh berjama'ah, dirimu tersandung batu, lalu bongkahannya melukai wajahmu?". "Iya, aku ingat" jawab Abdullah. "Pada saat itu aku mendengar ucapan Malaikat, bahwasannya Allah telah mengampuni setengah dari dosamu, aku takut kalau engkau tersandung untuk kedua kali, lalu Allah menghapuskan setengah dosamu yang lain" jelas Iblis. "Oleh karena itu aku selalu menuntunmu ke Masjid dan mengantarkanmu pulang, khawatir jika engkau kembali ceroboh lagi ketika berangkat ke Masjid"

Astaghfirullah, ternyata Iblis tak pernah rela sedikitpun melihat hamba Allah menjadi ahli ibadah. Terbukti semua cara ia tempuh, hingga ia tak segan untuk menggunakan topeng kebaikan

Dari sepenggal kisah sahabat diatas, tentu kita dapat mengambil pelajaran dan memahami satu dari karakter Iblis, lalu bagaimana dengan kita? masihkah berdiam diri, menunggu menjadi korban makhluk laknat itu, atau kita mencoba melawan dengan memperbaiki diri dan terus mendekatkan diri pada Ilahi?

Mulai saat ini marilah kita bersama-sama istiqomah dalam melakukan amal kebaikan, agar kita terhindar dari tipu daya iblis laknatullahalaih, semoga.

Telpon Allah SWT

Pernahkah Anda bayangkan bila pada saat kita berdoa, kita mendengar ini:

"Terima kasih, Anda telah menghubungi Baitullah".

"Tekan 1 untuk 'meminta'.
Tekan 2 untuk 'mengucap syukur'.
Tekan 3 untuk 'mengeluh'.
Tekan 4 untuk 'permintaan lainnya'."

Atau....
Bagaimana jika Malaikat memohon maaf seperti ini:
"Saat ini semua malaikat sedang membantu pelanggan lain. Tetaplah sabar
menunggu. Panggilan Anda akan dijawab berdasarkan urutannya."

Atau, bisakah Anda bayangkan bila pada saat berdoa, Anda mendapat
respons seperti ini:

"Jika Anda ingin berbicara dengan Malaikat,

Tekan 1. Dengan Malaikat Mikail,
Tekan 2. Dengan malaikat lainnya,
Tekan 3. Jika Anda ingin mendengar sari tilawah saat Anda menunggu,
Tekan 4. "Untuk jawaban pertanyaan tentang hakekat surga & neraka,
silahkan tunggu sampai Anda tiba di sini!!"

Atau bisa juga Anda mendengar ini :

"Komputer kami menunjukkan bahwa Anda telah satu kali menelpon hari ini.
Silakan mencoba kembali esok hari."
atau...
"Kantor ini ditutup pada akhir minggu. Silakan menelpon kembali hari
Senin setelah pukul 9 pagi."
Alhamdulillah. .. Allah SWT mengasihi kita, Anda dapat menelpon-Nya
setiap saat!!!

Anda hanya perlu untuk memanggilnya *_kapan saja_* dan Dia *_mendengar
Anda_*. Karena bila memanggil Allah, Anda *_tidak akan pernah_* mendapat
nada *_sibuk_*. Allah *_menerima_* setiap panggilan dan mengetahui siapa
*_pemanggilnya secara pribadi_*.

Ketika Anda memanggil-Nya, gunakan nomor utama ini: *_24434_*

2 : shalat Subuh
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya

Atau untuk lebih lengkapnya dan lebih banyak kemashlahatannya, gunakan
nomor ini : *_28443483_*

2 : shalat Subuh
8 : Shalat Dhuha
4 : shalat Zuhur
4 : shalat Ashar
3 : shalat Maghrib
4 : shalat Isya
8 : Shalat Lail (tahajjud atau lainnya)
3 : Shalat Witir

Info selengkapnya ada di Buku Telepon berjudul "Al Qur'anul Karim &
Hadist Rasul"
*_
_**_Langsung hubungi, tanpa Operator tanpa Perantara, tanpa dipungut
biaya. _*

Nomor 24434 dan 28443483 ini memiliki jumlah saluran hunting yang tak
terbatas dan seluruhnya *_buka 24 jam sehari 7 hari seminggu 365 hari
setahun_* !!!

Sebarkan informasi ini kepada orang-orang di sekeliling kita.
Mana tahu mungkin mereka sedang membutuhkannya

Sabda Rasulullah S.A.W : "Barang siapa hafal tujuh kalimat, ia
terpandang mulia di sisi Allah dan Malaikat serta diampuni dosa-dosanya
walau sebanyak buih laut"
*7 Kalimah ALLAH:*

1. Mengucap "*Bismillah*" pada tiap-tiap hendak melakukan sesuatu.
2. Mengucap "* Alhamdulillah*" pada tiap-tiap selesai melakukan sesuatu.
3. Mengucap "*Astaghfirullah*" jika lidah terselip perkataan yang tidak
patut.
4. Mengucap " *Insya-Allah*" jika merencanakan berbuat sesuatu di hari esok.
5. Mengucap "*La haula wala kuwwata illa billah*" jika menghadapi sesuatu tak disukai dan tak diingini.
6. Mengucap "*inna lillahi wa inna ilaihi rajiun*" jika menghadapi dan
menerima musibah.
7. Mengucap "*La ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah *" sepanjang siang
dan malam sehingga tak terpisah dari lidahnya.

Dari tafsir Hanafi, mudah-mudahan ingat, walau lambat-lambat. ..
mudah-mudahan selalu, walau sambil lalu... mudah-mudahan jadi bisa,
karena sudah biasa.

Wassalaamu'alaikum.

Sakit mata sembuh dengan Wudlu

Suatu hari Junaid Al-Banghdadi sakit mata. Ia diberitahu oleh seorang tabib, jika ingin cepat sembuh jangan sampai matanya terkena air.

Ketika tabib itu pergi, ia nekad berwudhu membasuh mukanya untuk sholat kemudian tidur. Anehnya, sakit matanya malah menjadi sembuh. Saat itu terdengar suara "Junaid menjadi sembuh matanya kerana ia lebih ridha kepada-Ku". Seandainya ahli neraka minta kepada-Ku dengan semangat Junaid niscaya Aku luluskan permintaannya." Kata suara itu.

Tabib yang melihat mata Junaid sembuh itu menjadi keheranan, "Apa yang telah engkau lakukan?"

"Aku telah membasuh muka dan mataku kemudian sholat", ujarnya."

Tabib itu memang beragama Nashrani, dan setelah melihat peristiwa itu, dia beriman. "Itu obat dari Tuhan yang menciptakan sakit itu. Dia pulalah yang menciptakan obatnya. Aku ini sebenarnya yang sakit mata hatiku, dan Junaidlah tabibnya."

Tak jadi mencuri terong

Lalu Allah Karuniakan Untuknya
Seorang Isteri...

Di Damaskus, ada sebuah mesjid besar, namanya mesjid jami' At-Taubah. Dia adalah sebuah mesjid yang penuh keberkahan. Di dalamnya ada ketenangan dan keindahan. Sejak tujuh puluh tahun, di mesjid itu ada seorang syaikh pendidik (murabbi) yang alim dan mengamalkan ilmunya, namanya Syaikh Salim Al-Masuthi. Dia sangat fakir sehingga menjadi contoh dalam kefakirannya, dalam menahan diri dari meminta, dalam kemuliaan jiwanya dan dalam berkhidmat untuk kepentingan orang lain.

Saat itu ada pemuda yang tinggal di sebuah kamar dalam masjid. Sudah dua hari berlalu tanpa ada makanan yang dapat dimakannya. Dia tidak punya makanan ataupun uang untuk membeli makanan. Saat datang hari ketiga dia merasa bahwa dia akan mati, lalu dia berfikir tentang apa yang akan dilakukan. Menurutnya, saat ini dia telah sampai pada kondisi terpaksa yang membolehkannya memakan bangkai atau mencuri sekadar untuk bisa menegakkan tulang punggungnya. Itulah pendapatnya dalam kondisi semacam ini.

Mesjid tempat dia tinggal itu, atapnya bersambung dengan atap beberapa rumah yang ada di sampingnya. Hal ini memungkinkan orang pindah dari rumah pertama
sampai rumah terakhir dengan berjalan di atas atap rumah-rumah tersebut. Maka, dia pun naik ke atas atap masjid dan dari situ dia pindah ke rumah sebelah. Di situ dia melihat para wanita, maka dia memalingkan pandangannya dan menjauh dari rumah itu. Lalu dia lihat rumah yang di sebelahnya lagi. Keadaannya sedang sepi dan dia mencium ada bau masakan berasal dari rumah itu. Rasa laparnya bangkit, seolah-olah bau masakan tersebut magnet yang menariknya.

Rumah-rumah di masa itu banyak dibangun dengan satu lantai, maka dia melompat dari atap ke dalam serambi. Dalam sekejap dia sudah ada di dalam rumah dan dengan cepat dia masuk ke dapur lalu mengangkat tutup panci yang ada di situ. Di lihatnya sebuah terong besar dan telah dimasak. Lalu dia ambil satu, karena rasa laparnya dia tidak lagi merasakan panasnya, digigitlah terong yang ada di tangannya dan saat dia mengunyah dan hendak menelannya, dia ingat dan timbul lagi kesadaran beragamanya. Langsung dia berakta, 'Audzu billah! Aku adalah penuntut ilmu dan tinggal di mesjid, pantaskah aku masuk ke rumah orang dan mencuri barang yang ada di dalamnya?' Dia merasa bahwa ini adalah kesalahan besar, lalu dia menyesal dan beristighfar kepada Allah, kemudian mengembalikan lagi terong yang ada di tanganny:a. Akhirnya dia pulang kembali ke tempatnya semula. Lalu dia masuk ke dalam mesjid dan duduk mendengarkan syaikh yang saat itu sedang mengajar. Karena terlalu lapar dia hampir tidak bisa memahami apa yang dia dengar.

Ketika majlis itu selesai dan orang-orang sudah pulang, datanglah seorang perempuan yang menutup tubuhnya dengan hijab -saat itu memang tak ada perempuan kecuali dia memakai hijab-, kemudian perempuan itu berbicara dengan syaikh. Sang pemuda tidak bisa mendengar apa yang sedang dibicarakannya. Akan tetapi, secara tiba-tiba syaikh itu melihat ke sekelilingnya. Tak tampak olehnya kecuali pemuda itu, dipanggillah ia dan syaikh itu bertanya, Apakah kamu sudah menikah?', dijawab, 'Belum,'. Syaikh itu bertanya lagi, 'Apakah kau ingin menikah?'. Pemuda itu diam. Syaikh mengulangi lagi pertanyaannya, Akhirnya pemuda itu angkat bicara, 'Ya Syaikh, demi Allah! Aku tidak punya uang untuk membeli roti, bagaimana aku akan menikah?'. Syaikh itu menjawab, Wanita ini datang membawa kabar, bahwa suaminya telah meninggal dan dia adalah orang asing di kota ini. Di sini, bahkan di dunia ini dia tidak mempunyai siapa-siapa kecuali seorang paman yang sudah tua dan miskin', kata syaikh itu sambil menunjuk seorang laki-laki yang duduk di pojokan. Syaikh itu melanjutkan pembicaraannya, 'Dan wanita ini telah mewarisi rumah suaminya dan hasil penghidupannya. Sekarang, dia ingin seorang laki-laki yang mau menikahinya, agar dia tidak sendirian dan mungkin diganggu orang. Maukah kau menikah dengannya?'. Pemuda itu menjawab, 'Ya'. Kemudian syaikh bertanya kepada wanita itu, 'Apakah engkau mau menerimanya sebagai suamimu?', ia menjawab, 'Ya'. Maka syaikh itu memanggil pamannya dan mendatangkan dua saksi kemudian melangsungkan akad nikah dan membayarkan mahar untuk muridnya itu. Kemudian syaikh itu berkata, 'Peganglah tangan isterimu!' Dipeganglah tangan isterinya dan sang isteri membawanya ke rumahnya. Setelah keduanya masuk ke dalam rumah, sang isteri membuka kain yang menutupi wajahnya. Tampaklah oleh pemuda itu, bahwa dia adalah seorang wanita yang masih muda dan cantik. Rupanya pemuda itu sadar bahwa ternyata rumah itu adalah rumah yang tadi telah ia masuki.

Sang isteri bertanya, 'Kau ingin makan?', 'Ya jawabnya. Lalu dia membuka tutup panci di dapurnya. Saat melihat buah terong di dalamnya dia berkata: 'Heran, siapa yang masuk ke rumah dan menggigit terong ini?!'. Maka pemuda itu menangis dan menceritakan kisahnya. Isterinya berkomentar, 'Ini adalah buah dari sifat amanah, kau jaga kehormatanmu dan kau tinggalkan terong yang haram itu, lalu Allah berikan kepadamu rumah ini semuanya berikut pemiliknya dalam keadaan halal. Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu ikhlas karena Allah, maka akan Allah ganti dengan yang lebih baik dari itu'.( Diceritakan oleh Syaikh Ali At-tanthawi)

Andai kata lebih panjang lagi

In ah sang tum ah sang tum li anfusikum wa in asa’ tum falaHa

"kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula." (surat Al Isra':7)

Cerita ini diambil pada zaman Rossululloh SAW;
Seperti yang telah biasa dilakukannya ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia Rosulullah mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.

Kemudian Rosulullah berkata,"tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?" Istrinya menjawab, saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal" "Apa yang di katakannya?" "saya tidak tahu, ya Rosulullah, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah pekikan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong." "Bagaimana bunyinya?" desak Rosulullah. Istri yang setia itu menjawab, "suami saya mengatakan "Andaikata lebih panjang lagi....andaikata yang masih baru.... andaikata semuanya...."
hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar,ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?" Rosulullah tersenyum."sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru,"ujarnya.

Kisahnya begini. pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat jum'at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata "andaikan lebih panjang lagi". Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih panjang lagi, pasti pahalanyalebih besar pula.

Ucapan lainnya ya Rosulullah?"tanya sang istri mulai tertarik. Nabi menjawab,"adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, ditepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, hampir mati kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, "Coba andaikan yang masih yang kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi".Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.

Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rosulullah?" tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan,"ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba- tiba seorang musyafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musyafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan nazak, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ' kalau aku tahu begini hasilnya,
musyafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda. Memang begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain.
Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga akan menimpa kita sendiri.Karena itu Allah mengingatkan: "kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula." (surat Al Isra':7)

Sepiring Nasi

Pada malam itu, Anna bertengkar dengan
ibunya. Karena sangat marah, Anna
segera meninggalkan rumah tanpa membawa
apapun. Saat berjalan di suatu
jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali
tidak membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati
sebuah kedai nasi dan ia mencium
harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali
memesan sepiring nasi, tetapi ia
tidak mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Anna berdiri cukup lama
di depan kedainya, lalu
berkata: "Nona, apakah engkau ingin memesan
sepiring nasi?" "Ya, tetapi,
aku tidak membawa uang" jawab Anna dengan
malu-malu.

"Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu" jawab
si pemilik kedai. "Silakan
duduk, aku akan memasakkan nasi untukmu".

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu
mengantarkan sepiring nasi. Anna
se gera makan beberapa suap, kemudian air
matanya mulai berlinang. "Ada apa
nona?" tanya si pemilik kedai. "Tidak apa-apa"
aku hanya terharu jawab Anna
sambil mengeringkan air matanya.

"Bahkan, seorang yang baru kukenal pun
memberi aku sepiring nasi !
Tetapi... ibuku sendiri, setelah bertengkar
denganku, mengusirku dari rumah
dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali
lagi. Kau, seorang yang baru
kukenal, tetapi begitu peduli denganku
dibandingkan dengan ibu kandungku
sendiri" katanya kepada pemilik kedai.

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan
Anna, menarik nafas panjang
lalu berkata: "Nona, mengapa kau berpikir seperti
itu? Renungkanlah hal ini,
aku hanya memberimu sepiring nasi dan kau
begitu terharu. Ibumu telah
memasak
nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini,
mengapa kau tidak
berterima kasih kepadanya? Dan kau malah
bertengkar dengannya."

Anna terhenyak mendengar hal tsb. "Mengapa
aku tidak berpikir tentang hal
itu? Untuk sepiring nasi dari orang yang baru
kukenal, aku begitu
berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yg
memasak untukku selama
bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan
kepedulianku kepadanya. Dan
hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar
dengannya.

Anna segera menghabiskan nasinya, lalu ia
menguatkan dirinya untuk segera
pulang ke rumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia
memikirkan kata-kata yg harus
diucapkan kepada ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia
melihat ibunya berwajah letih dan
cemas. Ketika bertemu dengan Anna, kalimat
pertama yang keluar dari mulutnya
adalah "Anna, kau sudah pulang. Cepat
masuklah, Ibu telah menyiapkan makan
malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur.
Makanan akan dingin jika kau tidak
memakannya sekarang"

Pada saat itu Ana tidak dapat menahan
tangisnya. Ia pun menangis di
pelukan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat
berterima kasih kepada orang lain di
sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang
diberikan kepada kita.
Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan
kita, khususnya orang tua kita,
kita harus ingat bahwa kita berterima kasih
kepada mereka seumur hidup kita.

Muhammad, Sang Pengusaha Sukses

TRADISI ritual peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan Maulid Nabi sudah menjadi budaya keagamaan di kalangan masyarakat Indonesia. Bahkan Maulid Nabi sudah dijadikan sebagai hari besar di negeri ini, yang berarti adalah hari libur nasional.

Bulan ini, tepatnya 15 Februari 2011, adalah tepat 12 Rabiul Awwal 1432 H pada penanggalan Islam (Hijriah) adalah hari kelahiran seorang Manusia Agung bernama Muhammad pembawa agama perdamaian untuk seluruh umat manusia.

Kelahiran Nabi sebenarnya tidak termasuk hari besar jika dilihat dari pandangan al-Qur’an dan al-Hadist. Namun, biasanya, peringatan Maulid Nabi dimaksudkan sebagai momentum untuk mempelajari dan merenungi kembali perjalanan hidup beliau sebagai seorang Rasul sekaligus sebagai manusia biasa yang sukses dalam berbagai sisi kehidupan.

Rasulullah adalah potret pribadi sukses dalam menjalani kehidupan yang harus menjadi panutan bagi umat manusia.

Sirah Nabi adalah living model yang diinginkan Allah untuk diimplementasikan oleh tiap pribadi muslim sejati. Jadi perayaan Maulid Nabi bukan sekedar kegembiraan atas kehadiran beliau dalam sejarah tapi yang lebih penting dari semua itu adalah bagaimana memahami perjalanan hidup beliau secara utuh, sempurna dan menyeluruh sehingga menjadi panutan dalam membangun peradaban umat manusia.

Dengan momentum Maulid Nabi ini, penulis ingin menghadirkan satu dimensi kehidupan Rasulullah yang jarang dibahas oleh para da’i dan muballig yaitu kesuksesan Muhammad sebagai seorang pedagang. Muhammad bukan hanya sukses dalam berdakwah, memimpin negara dan rumah tangga tapi juga sukses dalam membangun usaha. Muhammad bukan hanya disegani sebagai pemuka agama dan pemimpin negara tapi juga disegani sebagai saorang saudagar yang memiliki jangkauan jaringan bisnis dan pangsa pasar yang luas serta pelanggang yang banyak.

Muhammad sebagai pemimpin bisnis dan entrepreunership dijelaskan secara gamblang di dalam buku Dr. Syafi’i Antonio dengan judul “Muhammad SAW Super Leader Super Manager”. Buku tersebut menguraikan bahwa masa berbisnis Muhammad yang mulai dengan intership (magang), business manager, investment manager, business owner dan berakhir sebagai investor relative lebih lama (25 tahun) dibandingkan dengan masa kenabiannya (23 tahun). Nabi Muhammad bukan hanya figur yang mendakwakan pentingnya etika dalam berbisnis tapi juga terjun langsung dalam aktifitas bisnis.

Sang manager

Sejak kecil tepatnya saat berumur 12 tahun, Muhammad sudah diperkenalkan tentang bisnis oleh pamannya, Abu Thalib, dengan cara diikutsertakan dalam perjalanan bisnis ke Suriah.

Pengalaman perdagangan (magang) yang diperoleh Muhammad dari pamannya selama beberapa tahun manjadi modal dasar baginya disaat memutuskan untuk menjadi pengusaha muda di Mekah. Beliau merintis usahanya dengan berdagang kecil-kecilan di sekitar Ka’bah.

Dengan modal pengalaman yang ada disertai kejujuran dalam menjalankan usaha bisnisnya, nama Muhammad mulai dikenal dikalangan pelaku bisnis (investor) di Mekah.

Dalam kurung waktu yang tidak cukup lama, Muhammad mulai menampakkan kelihaiannya dalam menjalankan usaha perdagangan bahkan beberapa investor Mekah tertarik untuk mempercayakan modalnya untuk dikelolah oleh Muhammad dengan prinsip bagi hasil (musyarakah-mudharabah) maupun penggajian. Pada tahapan ini Muhammad telah beralih dari business manager (mengelola usahanya sendiri) menjadi investment manager (mengelola modal investor).

Dengan modal yang sudah relatif besar, Muhammad memiliki kesempatan untuk ekspansi bisnis untuk menjangkau pusat perdagangan yang ada di Jazirah Arab. Kejujuran beliau dalam berbisnis sehingga dikenal olah para pelaku bisnis sebagai Al-Amin menjadi daya tarik bagi kalangan investor besar untuk menginvestasikan modalnya kepada Muhammad, salah satu di antaranya adalah Khadijah yang di kemudian hari menjadi Istri pertama beliau.

Di usia 25 tahun, usia yang masih rekatif mudah, Muhammad menikah dengan Khadijah, seorang pengusaha sukses Mekah. Secara otomatis Muhammad menjadi pemilik sekaligus pengelola dari kekayaan Khadijah. Penggabungan dua kekayaan melalui pernikahan tersebut tentunya semakin menambah usaha perdagangan mereka baik secara modal maupun penguasaan pangsa pasar. Pada tahapan ini Muhammad sudah menjadi business owner.

Setelah Muhammad menikah dengan Khadijah, beliau semakin gencar mengembangkan bisnisnya melalui dengan ekspedisi bisnis secara rutin di pusat-pusat perdagangan yang ada di jazirah Arab, beliau intens mengunjungi pasar-pasar regional maupun Internasional demi mempertahankan pelanggan dan mitra bisnisnya. Jaringan perdagangan beliau telah mencapai Yaman, Suriah, Busara, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Arab lainnya.

Saat menjelang masa kenabian (berumur 38 tahun) di mana waktunya banyak dihabiskan untuk merenung beliau telah sukses menjadi pedagang regional dimana wilayah perdagangannya meliputi Yaman, Suriah, Busra, Iraq, Yordania, Bahrain dan kota-kota perdagangan Jazirah Arab lainnya. Pada tahapan in beliau telah memasuki fase yang menurut Robert T Kiyosaki disebut financial freedom.

Kehebatan berbisnis Muhammad bisa dilihat dalam sebuah riwayat yang menceritakan bahwa beliau pernah menerima utusan dari Bahrain, Muhammad menanyakan kepada Al-Ashajj berbagai hal dan orang-orang yang terkemuka serta kota-kota yang terkemuka di Bahrain. Pemimpin kabilah tersebut sangat terkejut atas luasnya pengetahuan geografis serta sentral-sentral komersial Muhammad. Kemudian al-Ashajj berkata “sungguh Anda lebih mengetahu tentang negeri saya daripada saya sendiri dan anda pula lebih banyak mengetahui pusat-pusat bisnis kota saya dibanding apa yang saya ketahu. Muhammad menjawab “saya telah diberi kesempatan untuk menjelajahi negeri anda dan saya telah melakukannya dengan baik.” (Syafi’i Antonio, 2007).

Demikianlah perjalanan sukses bisnis Muhammad sebelum resmi menjadi seorang Nabi yang jarang disampaikan kepada generasi-generasi muda di saat perayaan Maulid Nabi. Pemahaman yang utuh tentang biography kehidupan beliau akan menghindarkan terjadinya pemahaman yang sempit tentang diri Rasulullah. Banyak orang yang mengaggap Rasulullah sebagai orang yang miskin padahal justru sebaliknya beliau adalah sosok pebisnis yang sukses.

Melalui momentum Maulid Nabi ini kiranya perlu mengangkat tema kesuksesan Muhammad sebagai pelaku bisnis demi memacu munculnya pengusaha-pengusaha muda di kalangan Muslim. Sebenarnya negeri ini memiliki tokoh-tokoh agama sekaligus pengusaha sukses, sebut saja misalnya, tokoh nasional K.H. Ahmad Dahlan dengan usaha batiknya. Bahkan dalam sejarah gerakan kemerdekaan Indonesia kita mengenal tokoh-tokoh agama yang terhimpun dalam Syarikat Dagang Indonesia.

Sebagaimana kita ketahui jumlah wirausahawan di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia. Dari total penduduk Indonesia, 231, 83 juta jiwa hanya sekitar 2 persen saja yang berwirausaha atau sebesar 4, 6 juta. Tentunya jumlah ini sangat kecil sekali jika negeri ini menginginkan penduduknya untuk semakin kuat dan mandiri secara ekonomi.

Negara-negara maju relative memiliki persentasi wirausahawan yang relatif tinggi dari jumlah penduduknya. Persentase penduduk Singapura yang berwirausaha mencapai 7 persen, China dan Jepang 10 persen dari total jumlah penduduk mereka. Sedangkan yang tertinggi adalah Amerika Serikat sebesar 11, 5-12 persen.
Melalui perayaan Maulid Nabi ini, kita perlu mengkampanyeka pentingnya berwirausaha seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai solusi untuk menyelesaikan persoalan umat yaitu kemiskinan dan pengangguran.

Calon Penghuni Surga Firdaus

Ada beberapa nama surga yang disebutkan dalam AlQuran, antara lain firdaus, Aden, Na’iim, ma’wa, dan darussalaam. Masing-masing memiliki kriteria penghuninya. Sebagaimana yang diterangkan di dalam AlQuran. Berikut adalah ciri-ciri orang akan memasuki surga firdaus :
  • Beriman
  • Khusu’ dalam sholat
  • Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna
  • Menunaikan zakat
  • Menjaga kemaluan dari maksiat
  • Memelihara amanah
  • Menepati janji
  • Menjaga sholat

Rasulullah pernah bersabda kepada para sahabatnya, kalo kamu meminta surga maka mintalah surga firdaus. Surga firdaus adalah surga tertinggi yang ada di akhirat. Artinya untuk urusan akhirat kita jadikan cita-cita kita setinggi-tingginya. Buat perencanaan yang matang dan action bagaimana supaya kita dapat mencapai cita-cita tersebut.

Untuk memuluskan menuju firdaus kita buat program dalam kehidupan kita, bagaimana iman kita selalu meningkat sebagimana imannya para Nabi, Sholat kita dengan penuh konsentrasi, menjauhi perbuatan sia-sia dan seterusnya seperti yang telah disebutkan mengenai ciri-cirinya. Setelah program dibuat, diberi penjelasan juga langkah-langkah apa yang akan dilakukan agar semua program itu berjalan. Kurikulumnya sudah, buku panduannya AlQuran dan AsSunnah, pengajarnya Ulama Pewaris Nabi, metodenya terjun langsung dalam dakwah.

Nasihat nabi: untuk urusan dunia lihatlah orang yang lebih rendah dari kamu supaya kamu mudah untuk mensukuri nikmat Allah, namun untuk urusan akhirat lihatlah para Nabi supaya kamu jangan cepat puas dengan amal dan pengorbanan yang telah kamu lakukan.

Hakikat Cinta

Cinta atau mahabbah atau kasih sayang adalah sesuatu yang fitrah. Cinta sifatnya fluktuatif (bisa kadarnya bertambah, bisa berkurang, bisa hilang). Cinta itu penting, menjaga cinta itu jauh lebih penting. Cinta itu bisa diusahakan. Banyak perkahwinan yang diawali dengan cinta, namun karena tidak mampu mempertahankannya sehingga putus ditengah jalan. Ada juga perkahwinan yang tidak didasari cinta, namun karena mampu menanam benih dan menjaganya, maka cinta diantara keduanya tumbuh dan semakin bersemi. ini mirip penggalan sebuah bait lagu :

"aku bisa membuat mu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta..."

Cinta datangnya dengan pengorbanan. Cinta berbanding lurus dengan pengorbanan. Semakin banyak kita berkorban terhadap sesuatu, semakin tumbuh besar rasa cinta itu. Orang-orang yang bersungguh-sungguh terhadap agamanya, maka ia rela mati untuk agamanya, orang yang tidak ada pengorbanan terhadap agamanya, maka ia akan takut mati untuk agamanya. Cinta harus diikat dengan ketaatan kepada Allah. Tidak ada kata cinta untuk melakukan sesuatu yang melanggar syariat Allah. Mencintai sesuatu karena Allah, Membenci sesuatu juga harus karena Allah.

Terjebak dengan Chemistry

Beberapa wanita yang baik-baik yang masih sendiri berkata "bagaimana saya gak ragu atau menolaknya, ku gak dapat chemistry saat ta'aruf"

Sebenarnya ku kurang paham juga pengertian sesungguhnya dari kata “chemistry” itu sendirim, apa lagi di kaitkan dengan istilah kimia. Tapi dari beberapa kalimat yang menggunakan kata chemistry, maka ku bisa tarik pengertian bahwa chemistry itu adalah sesuatu yang dirasakan secara tidak dibuat-buat saat pertama kali jumpa atau mungkin isilah yang populer dahulunya adalah “kesan pada perjumpaan pertama”. Ada juga yang mengartikan chemistry adalah lust in disguise ( hasrat/nafsu yang tersembunyi). Jika memang mirip seperti itu arti dari chemistry, maka ada beberapa hal yang berkaitan dengan chemistry :

  1. Chemistry berasal dari pemikiran/otak yang merangsang hasrat untuk lebih dari sekedar apa yang terjadi saat itu, sehingga menimbulkan khayalan akan sebuah kebahagian yang abstrak didalam angan.
  2. Chemistry tidak membutuhkan pengorbanan layaknya hakikat dari cinta.>
  3. Chemistry hanya berlaku pada awal jumpa, sehingga ia tidak akan kekal dalam hubungan.
  4. Chemistry tidak bisa dijadikan tolak ukur harmonis atau tidaknya dalam menjalin sebuah hubungan.
Pertamanya kemudian adalah Pentingkah sebuah chemistry ???

Bagiku chemistry tidak begitu penting dalam menjalankan sebuah hubungan. Karena hubungan tidak akan kekal dengan chemistry, chemistry juga tidak memiliki peranan apapun dalam menjaga sebuah hubungan. Kalau kita perhatikan orang-orang tua kita dahulu, nenek-nenek kita dahulu, hubungan mereka bisa langgeng dan bertahan sampai tutup usia, padahal kebanyakan mereka hanya bermodal dijodohkan. Sebaliknya banyak sekali kita jumpai saat ini kasus perceraian, bahkan usia pacarannya (hubungan sebelum nikah) lebih panjang dari usia perkahwinannya sendiri ( usia pacaran sampai 9 tahun, usia pernikahannya hanya beberapa tahun saja, bahkan ada yang hitungan bulan). Bukankah dunia para pelaku pacaran itu dikarenakan adanya chemistry ?? Ini bukti bahwa chemistry adalah sesuatu yang tidak bisa dijadikan pegangan.

Wanita Idamanku

Bayangmu hadir…

Di sela-sela bayang yang lain

Ku ingin jadi bagian dari hatimu

Tak peduli apa jua yang harus kepertaruhkan

Ya Allah…

Seandainya telah Kau catatkan

Dia milikku , tercipta untukku

Satukanlah hatinya dengan hatiku

Agar sempurna agamaku

Ya Rabb ku mohon…

Apa yg telah Kau takdirkan

Ku harap dia adalah yang terbaik untuk ku

Karena Engkau tahu segala isi hatiku

Pelihara daku dari kemurkaan -Mu

Amin…


muhammad supendi

(yang masih belajar tentang arti cinta)

Jangan tolak jodohmu Ya Ukhti

Brebes, 18 Rabiul Awal 1432H (21 Februari 2011)

Buat akhwat yang ragu dalam menentukan pilihan...

Suatu kali, entah kenapa, tak ada pangkalnya, tiba tiba saja, cerita ini bermula dari terdamparnya seorang wanita di sebuah pulau kecil dan terpencil ditengah-tengah lautan. Sang wanita merasa gundah akan kesendiriannya disana. Tidak hanya gundah, tapi juga cemas dan takut selalu menghantuinya. Sebenarnya bukan karena ketakutan terhadap adanya musuh layaknya binatang buas seperti di film film, atau karena adanya jin gentayangan yang mengganggunya,tapi ketakutan, kecemasan dan kegundahan wanita ini berkenaan dengan pengharapan besar akan adanya seseorang yang akan menyelamatkannya dari kesendiriannya di pulau kecil dan terpencil tersebut.

Hampir tiap malam ia munajat kepada Allah agar disegerakan hadirnya seseorang dalam hidupnya yang akan menyelamatkannya dari pulau kecil dan terpencil itu. Dalam munajatnya ia menangis terisak-isak dengan penuh harap akan dikabulkan dan penuh takut akan tertolakkan.

Suatu hari seperinya secara kebetulan..
Seorang nelayan dengan kapal pompong singgah dan menemukan wanita itu. Sang nelayan bersedia untuk membawanya pergi dari kesendirian di pulau kecil dan terpencil itu. Namun sang wanita masih merasa ragu akan niat baik sang nelayan. Ia merasa belum kenal baik orang baru yang menemukannya itu, dalam hati sang wanita “saya butuh waktu untuk mengenal kepribadianmu, apakah kamu orang baik baik atau tidak”. Kemudian sang nelayan pergi meninggalkan wanita tersebut dalam keadaan wanita tersebut masih ragu-ragu terhadapnya. Malam-malam berikutnya sang wanita tidak henti-hentinya bermunajat kepada Allah dengan isi munajat yang sama, dengan perasaan harap dan takut yang sama.

Suatu hari sepertinya secara kebetulan...
Datang seorang penerjun payung dan mendarat terjun kepulau tersebut dan menemukan wanita itu. Sang penerjun payung bersedia membawa wanita tersebut pergi dari kesendiriannya di pulau kecil dan terpencil itu. Namun sekali lagi sang wanita merasa ragu untuk menerima kebaikan sang penerjun payung tersebut. Keraguan yang sama sebagaimana ketika datangnya nelayan kepadanya. Sang penerjun kemudian meninggalkan wanita tersebut dalam keadaan wanita tersebut masih ragu-ragu terhadapnya.

Waktu terus berlalu dengan cepat.., sang wanita tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah agar adanya seseorang yang akan menyelamatkannya dari kesendirian di pulau kecil dan terpecil tersebut. Seiring itu pula sudah ada beberapa orang yang sepertinya datang secara kebetulan untuk menyelamatkan sang wanita. Namun sang wanita masih selalu saja merasa ragu-ragu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak wanita-wanita yang baik agamanya yang belum berhasil menemukan jodohnya. Tidak jarang kita perhatikan wanita-wanita sholehah yang sudah berumur sekitaran umur 27-33 tahun masih dalam kesendirian. Padahal secara fisik wanita wanita tersebut tergolong cantik menengah keatas. Ia merasa jodoh untuk dirinya belum juga tiba. Walaupun ia sudah bersungguh-sungguh bermunajat kepada Allah, namun ia merasa Allah belum kabulkan permintaannya, ia merasa jodohnya masih Allah rahasiakan dari dirinya. Ketika kita tanyakan apa yang menjadi standar ia memilih calon pendamping, maka jawaban yang sangat umum akan dilontarkannya, yakni “yang penting ia beragama dan berakhlak yang baik”.

Artikel ini mencoba mengangkat sisi berbeda dari apa yang dirasakan oleh para wanita sholehah yang masih sendirian. Perasaan wanita yang merasa jodohnya belum juga hadir itu tidak 100% benar. Ucapan wanita-wanita yang masih sendiri yang berkata : “Belum ketemu jodoh” , atau “Allah belum kabulkan doaku”, atau “Allah masih rahasiakan jodohku” tidak 100 % benar. Karena sangat bisa jadi pada dasarnya Allah telah ketemukan ia dengan jodoh untuknya, Allah sudah kabulkan doanya, Allah sudah tunjukkan jodoh untuknya. Namun yang terjadi adalah ia tolak jodoh yang Allah berikan untuknya, ia ragu tentang jodohnya sendiri, ia bimbang menerima pemberian Allah untuknya.
Dengan kalimat tegas ku katakan bahwa “wanita-wanita sholehah itu ragu akan doanya sendiri”. Ia berdoa namun ia ragu akan doanya, ia meminta kepada Allah dengan pengharapan dan rasa takut yang besar, namun ketika Allah kabulkan doanya justru ia merasa bahwa yang datang kepadanya bukan dari wujud doanya. Layaknya wanita yang terdampar dipulau kecil dan terpencil dalam cerita diatas, sebenarnya doanya sudah beberapa kali dikabulkan Allah. Ketika ia berdoa agar Allah mendatangkan “seseorang” yang akan menyelamatkannya, maka Allah kirimkan seorang nelayan untuknya, kemudian ia ragu dan tolak nelayan tersebut. Kemudian ia berdoa lagi dan Allah kirimkan penerjun payung, kemudian ia ragu dan menolak sang penerjun payung.

Sebenarnya, kalau wanita-wanita tersebut benar-benar berprinsip “yang penting baik agamanya dan baik akhlaknya”, maka ku sangat yakin standar tersebut banyak yang memilikinya dan mudah didapat. Permasalahannya adalah ia tidak komitmen terhadap apa yang ia standarkan untuknya. Secara tegas ku katakan wanita-wanita tersebut tidak mengetahui apa yang sebenarnya ia inginkan. Ia hanya berhayal akan seseorang yang akan menjadi jodohnya, namun ia tidak bisa menunjukkan wujud konkrit atau asli seseorang yang ia inginkan. Ia tidak mempunyai gambaran asli dari kalimat abstrak “yang penting baik agamanya dan baik akhlaknya” tersebut. Layaknya wanita yang terdampar di pulau kecil dan terpencil dalam tamsilan diatas, ia tidak mempunyai gambaran seperti apa “seseorang yang akan menyelamatkan” nya. Ketika ia berdoa dengan kalimat “seseorang”, maka Allah kirimkan sesosok nelayan, kemudian ia tolak sang nelayan. Kemudian ia berdoa lagi dan Allah kirimkan penerjun payung, dan ia tolak sang penerjun payung. Bukankah nelayan dan penerjun payung merupakan wujud nyata dari kalimat “seseorang” ??. Mustahil Allah mengirimkan “seseorang” tanpa wujud nyata, dan ini yang kurang disadari sang wanita tersebut.

Yang anda butuhkan itu adalah hakikat sebuah cinta…
Cinta atau mahabbah atau kasih sayang adalah sesuatu yang fitrah. Cinta sifatnya fluktuatif (bisa kadarnya bertambah, bisa berkurang, bisa hilang). Cinta itu penting, menjaga cinta itu jauh lebih penting. Cinta itu bisa diusahakan. Banyak perkawinan yang diawali dengan cinta, namun karena tidak mampu mempertahankannya sehingga putus ditengah jalan. Ada juga perkawinan yang tidak didasari cinta, namun karena mampu menanam benih dan menjaganya, maka cinta diantara keduanya tumbuh dan semakin bersemi. ini mirip penggalan sebuah bait lagu :

"aku bisa membuat mu jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta..."

Cinta datangnya dengan pengorbanan. Cinta berbanding lurus dengan pengorbanan. Semakin banyak kita berkorban terhadap sesuatu, semakin tumbuh besar rasa cinta itu. Orang-orang yang bersungguh-sungguh terhadap agamanya, maka ia rela mati untuk agamanya, orang yang tidak ada pengorbanan terhadap agamanya, maka ia akan takut mati untuk agamanya. Cinta harus diikat dengan ketaatan kepada Allah. Tidak ada kata cinta untuk melakukan sesuatu yang melanggar syariat Allah. Mencintai sesuatu karena Allah, Membenci sesuatu juga harus karena Allah.

Sebagai simpulan, sebenarnya permasalahan dikebanyakan wanita-wanita sholehah yang sudah berumur dan masih bersendirian itu bukan terletak pada tidak adanya yang menginginkannya, juga bukan karena doanya yang tidak dikabulkan, bukan juga Allah masih rahasiakan jodohnya. Permasalahan sesungguhnya berada pada diri wanita itu sendiri. Ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya yang ia inginkan. Ia tidak berani mengambil keputusan dari tiap “seseorang” yang Allah hadirkan untuknya.
Ketika anda telah menyerahkan sepenuhnya jodohmu kepada Allah, kenapa kemudian anda tolak jodoh tersebut ??

Ya ukhti.. Tanyakan dalam lubuk hati yang paling dalam “Sebenarnya apa yang anda inginkan?”

Wahai bunga.. begitu banyak Allah giring kumbang untukmu, sebagaimana doa yang kamu panjatkan, namun kamu tolak semuanya.. apakah kamu menunggu sampai tidak adanya kumbang lagi yang menghampirimu karena mulai layunya dirimu ??

muhammad supendi

(yang masih belajar tentang arti cinta)

di Puncak Kegalauan Hati

Ku heran sama diriku ini...

Udah tau dunia ini fana..masih juga sedih jika tidak mendapatkannya.
Udah tau hidup ini akan sirna..masih sibuk menghabiskan waktu tuk perolehnya
Udah tau "cinta makhluk" itu memperdaya... masih juga tertipu olehnya...
Udah tau cantik itu hanya sementara... masih juga terkesan olehnya...

Aneh........

Ku coba baca buku-buku tentang akhirat...,
Tentang betapa sempurnanya kenikmatan disana...,
Betapa lezatnya apa yang tersedia...
Betapa indahnya nuansa yang tercipta...
Betapa abadi kehidupannya,..

Kemudian ku baca tentang dunia.,
Betapa fana kehidupannya..
Betapa sirna apa yang ada didalamnya..
Betapa hina orang yang larut didalamya...
Betapa fatamorgana kehidupannya...

Namun hanya sebentar bertahan melekat didada...

Ku teringat dengan perkataan Imam Ali Radhiyallahu'anhu…
" Wahai Dunia... tunjukkan tipu dayamu kepada siapa saja selain aku
Adakah aku yang akan kau tipu..., ataukah kepadaku kau tujukan rayuanmu..??
Sungguh..., aku telah 'menceraimu talak tiga' tak mungkin rujuk kembali
Usiamu pendek... majlismu hina..., dan bahayamu besaaar...!!!
Oh.... Betapa sedikitnya perbekalan..., Betapa Jauhnya Perjalanan..,
dan betapa sepinya perantauan "

Aneh.....

Pertanyaan cambukkan yang sering ku lontarkan kepada diriku..
1. Apa yg kamu cari didunia yang sementara ini wahai pendi..?????
2. Mau kemana kamu didunia ini wahai pendi..???
Terkadang mujarab juga untuk beberapa waktu.. namun... kemudian
kadarnya melemah lagi...

Aneh...

Ya Allah... Bantu hambamu ini.....
Ya Allah... Kekalkan Hidayah-Mu kepada ku...
Ya Allah... Janganlah Engkau berlepas diri dariku disebabkan kejahilanku..,
Ya Allah... Pandangi diriku yang dhoif ini dengan rahmat-Mu....

Merah merekah ketika pagi,
Mewarnai awalnya hari.
Bersama harapan yang menyertai…

muhammad supendi
(dari seorang hamba Allah yang sedang dalam perjalanan...)